Alhamdulillah dimulai semester saya sudah mulai bertugas di smpn 1 talang kelapa banyuasin, semoga ditempat yang baru bisa lebih maksimal untuk saling berbagi & juga bisa lebih dekat dengan keluarga apalagi affan yang baru berumur 3 bulan, senang bisa melihat setiap perkembanganya, semoga jadi anak yang soleh, amin...
disekolah baru ini ada lab komputer walau terkadang ada beberapa sedikit kendala teknis, semoga bisa maksimal dipakai & murid2 bisa lebih banyak jam prakteknya, berikut beberapa poto kegiatan di lab komputer smpn 1 talang kelapa, siswa/i sangat senang dengan dibanyakin jadwal praktek di lab, walau ada beberapa komputer nya masih harus berbagi dengan beberapa siswa untuk satu komputernya, mereka merasa senang minimal ganti suasana belajar yang selalu di dalam kelas formal.
.....oya dari link ada tulisan bagus ni....
Mengajar dengan Gaya Belajar Siswa yang Berbeda
Setelah mengetahui
gaya belajar siswa dan kecenderungan kecerdasan yang paling menonjol dimilikinya melalui artikel
Mengetahui Gaya Belajar Anak,
saatnya sebagai guru kita menyesuaikan dengan gaya belajar mereka.
Bagaimana kita menyesuaikan diri dengan gaya belajar mereka
masing-masing?
Untuk pembelajar visual,
di mana lebih banyak menyerap informasi melalui mata, hal-hal yang bisa
kita lakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar mereka adalah:
- Biarkan mereka duduk di bangku paling depan, sehingga mereka bisa
langsung melihat apa yang dituliskan atau digambarkan guru di papan
tulis.
- Selain tulisan, buatlah lebih banyak bagan-bagan, diagram, flow-chart menjelaskan sesuatu.
- Putarkan film. Minta mereka untuk menuliskan poin-poin penting yang harus dihapalkan.
- Gunakan berbagai ilustrasi dan gambar.
- Tulis ulang apa yang ada di papan tulis.
- Gunakan warna-warni yang berbeda pada tulisan.
Untuk pembelajar auditory,
di mana mereka lebih banyak menyerap informasi melalui pendengaran,
hal-hal yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar mereka
adalah:
- Gunakan audio dalam pembelajaran (musik, radio, dll)
- Saat belajar, biarkan mereka membaca dengan nyaring dan suara keras.
- Seringlah memberi pertanyaan kepada mereka.
- Membuat diskusi kelas.
- Menggunakan rekaman.
- Biarkan mereka menjelaskan dengan kata-kata.
- Biarkan mereka menuliskan apa yang mereka pahami tentang satu mata pelajaran.
- Belajar berkelompok.
Sedangkan untuk pembelajar kinestetic,
di mana mereka lebih banyak menyerap informasi melalui gerakan fisik,
hal-hal yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar mereka
adalah:
- Perbanyak praktek lapangan (field trip).
- Melakukan demonstrasi atau pertunjukan langsung terhadap suatu proses.
- Membuat model atau contoh-contoh.
- Belajar tidak harus duduk secara formal, bisa dilakukan dengan duduk
dalam posisi yang nyaman, walaupun tidak biasa dilakukan oleh
murid-murid yang lain.
- Perbanyak praktek di laboratorium.
- Boleh menghapal sesuatu sambil bergerak, berjalan atau mondar-mandir misalnya.
- Perbanyak simulasi dan role playing.
- Biarkan murid berdiri saat menjelaskan sesuatu.
Dalam prakteknya, satu kelas biasanya
terdiri dari tiga kelompok pembelajar semacam ini. Karena itulah, tidak
bisa seorang guru hanya mempraktekkan satu metode belajar mengajar untuk
diterapkan di seluruh kelas. Bayangkan jika guru mengajar hanya dengan
metode ceramah mulai dari awal hingga akhir. Jika dalam satu kelas
kecenderungannya lebih banyak pembelajar visual atau kinestetis, maka
yang terjadi adalah suasana yang tidak menyenangkan.
Orang-orang visual dan kinestetis akan
mulai merasa bosan dengan apa yang diomongkan, hingga yang terjadi
mereka akan mulai mencari perhatian dengan berbagai hal yang mengganggu.
Ada yang tidak mendengarkan, tidur di kelas, ataupun berlarian ke sana
kemari karena tidak tahan untuk terus menerus mendengarkan apa yang
dijelaskan oleh guru di dalam kelas.
Nah, dalam situasi semacam ini,
guru-guru kreatif dan mempunyai inovasi yang tinggi akan segera
mengganti proses belajar mengajar dengan mempertimbangkan keragaman gaya
belajar siswa. Tidak lagi kemudian menggunakan metode ceramah, tetapi
menggunakan metode yang lain yang memungkinkan, misalnya diskusi
kelompok ataupun mengajak mereka dalam suatu permainan agar tidak
membosankan.
Namun demikian, yang masih sering
terjadi adalah, karena guru merasa tidak diperhatikan, mereka kemudian
menggunakan kekuasaan mereka sebagai guru dengan melakukan bentakan yang
keras, biasanya disertai ancaman kalau tidak mendengarkan maka mereka
akan mendapatkan hukuman.
Pola belajar mengajar semacam ini tidak
saja membuat proses belajar mengajar menjadi sesuatu yang mengerikan dan
membuat trauma bagi anak didik, tetapi juga mengaduk-aduk dan menyita
emosi guru secara terus menerus. Akibatnya, bisa ditebak, tekanan kerja
yang semakin berat membuat proses belajar mengajar bagi guru menjadi
beban yang tidak lagi menyenangkan.
Situasi semacam ini melahirkan
“kalah-kalah”, di mana guru kalah karena walaupun sudah bekerja keras
tetapi tidak bisa menikmati pekerjaannya, sementara bagi siswa juga
kalah karena proses belajar mengajar tidak lagi menjadi proses yang
menyenangkan, tetapi membuat trauma dan kesedihan untuk belajar.
Karena itulah, kreativitas dan kemampuan
guru untuk memahami gaya belajar siswa sangat penting agar suasana di
dalam kelas bisa dibangun dengan lebih kondusif dan menyenangkan untuk
belajar. Dengan demikian, sekolah akan menjadi tempat yang menyenangkan,
bagi guru, siswa, dan semua pihak yang terlibat di dalamnya.
Sumber : http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/20/memahami-gaya-belajar-siswa/